Coret Aja

Coretan Doang, Jangan Serius Amat lah ….

Tips On Fueling Your Vehicle

ONLY BUY OR FILL UP YOUR VEHICLES IN THE EARLY MORNING WHEN THE GROUND TEMPERATURE IS STILL COLD. Remember that all service stations have their storage tanks buried below ground. The colder the ground, the denser the fuel, when it gets warmer petrol expands, so buying in the afternoon or in the evening…. Your litre is not exactly a litre.

 

In the petroleum business, the specific gravity and the temperature of the petrol, diesel and jet fuel, ethanol and other petroleum products play an important role. A 1degree rise in temperature is a big deal for this business.

But the service stations do not have temperature compensation at the pumps.

 

WHEN YOU’RE FILLING UP, DO NOT SQUEEZE THE TRIGGER OF THE NOZZLE TO A FAST MODE.

If you look, you will see that the trigger has three (3) stages: low, middle, and high. In slow mode, you should be pumping on low speed, thereby minimizing the vapours that are created, while you are pumping. All hoses at the pump have a vapour return. If you are pumping on the fast rate, some of the liquid that goes to your tank becomes vapour. Those vapours are being sucked up and back into the underground storage tank so you’re getting less worth for your money.

 

ONE OF THE MOST IMPORTANT TIPS IS TO FILL UP WHEN YOUR TANK IS HALF FULL.

The reason for this is, the more fuel you have in your tank, the less air occupying its empty space. Petrol evaporates faster than you can
Imagine. Petroleum storage tanks have an internal floating roof. This roof serves as zero clearance between the petrol and the atmosphere, so it minimizes the evaporation.

 

Unlike service stations, here where I work, every truck that we load is temperature compensated, so that every litre is actually the exact amount.

 

ANOTHER REMINDER, IF THERE IS A FUEL TRUCK PUMPING INTO THE STORAGE TANKS, WHEN YOU STOP TO BUY, DO NOT FILL UP – most likely the petrol/diesel is being stirred up as the fuel is being delivered, and you might pick up some of the dirt that normally settles on the bottom.

Hope, this will help you get the maximum value for your money.

May 14, 2008 Posted by | Social Life | Leave a comment

Cicha Lowra

“kata mama aku, perfume itu wanginya gak longlasting. ..jadi mendingan kasi bracelet from platina”

 

-Cinta Laura

“Aku pengen ke America atau ke England kalau udah masuk ke university. Kalau di England pengen ke Oxford, kalau di America pengen ke Harvard atau Yale atau Princeton” -Cinta Laura-

“Banyak orang-orang yang ikut dunia entertainment langsung drop out of school, itu menurut aku that’s really really stupid. Soalnya mereka nggak pikirin long term”

-Cinta Laura-

“aku gak suka dengan istilah boyfriend..aku lebih suka disebut teman dekat..teman buat punching, running,lari lari kecil …”

–Cinta Laura—

“Not all beautiful people bisa menjadi famous”

 Cinta Laura

” Bahasa Indonesia saya buruk sekali, jadi Cinta will be going to Australia to improve Bahasa Indonesia Cinta “

– Cinta Laura

“udah ujan,becek,gak ada ojek….”

-Cinta Laura

“aku ada masalah dengan gastrow aku, jadi gak bisa puasa….” -Cinta Laura-

 

“Aku kalow di dalam negeri sukanya liburan ke Bali karna aku punya apartmen disana” – Cinta Laura-

 

 “Aku udah keliling keliling dunia, ke London, German and several countries karena papaku General Manager di Hyatt” -Cinta Laura-

 

 “Cinta mengucapkan selamat puasa semuanya. Rock on ! “-Cinta Laura-

 

 “Makanan favorit Cinta tuh, cuna syusyi (tuna sushi maksudnye…)” -Cinta Laura-

 

 “kamu nggak cocok pake logat english karena kamu dari kecil tinggal di Indonesia “ -Cinta Laura pada samuel artis ABG berwajah Indo tapi lahir & besar di indonesia-

 

 “Cinta ingin berhenti waktu career Cinta sedang naik, biar tetap dikenang so kalau orang-orang mengingat Cinta itu oh my God, Cinta Laura…” -Cinta Laura-

 

 “Cinta mengajar di sekolah untuk anak-anak ini karena pendidikan di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan di german. Indonesia kan negara miskin, banyak orang-orangnya masih bodoh, tidak sekolah” -Cinta Laura-

 

 “Waktu Cinta study tour ke India dari sekolah disana negaranya lebih kotor, banyak orang-orang miskin, rumah-rumah jelek di pinggir jalan. Orang-orang tidur di stasiun kereta, iuuugghhh…..” -Cinta Laura-

 

 “dari kecil papa sudah punya banyak mobil waktu di German kita punya 5 mobil tapi karena garagenya tidak cukup jadi papa menjual mobil-mobil itu tinggal 2. tapi aku paling suka yang Audi A4….”-Cinta Laura-

May 14, 2008 Posted by | Seru-seruan !! | Leave a comment

Hindari Hati Dari Dengki

Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini -seraya Nabi SAW menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas seseorang disebut melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. ” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra).

DI tengah pergaulan kantor tercinta kita sehari hari seringkali kita mendapati rekan kita mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang didapatkan oleh kita sendiri, seperti kesempatan ke Luar negeri, kesempatan naek peringkat terlebih dahulu, atau bahkan ada rekan kerja kita yang tiba-tiba membeli mobil baru, atau renovasi rumah dsb, dan ternyata ada beberapa orang yang ketika melihat hal itu bukan suatu kebahagiaan , tetapi dia merasa marah, merasa jengkel dan bahkan ada yang mengumpat dalam hati “kenapa kok selalu dia, kenapa dia dah punya mobil, kenapa dia dah naik peringkat dan berbagai macam kenapa, . Bahkan ada yang sampai terucap dengan berkomentar negative, seperti “ wah dia kan bisa ke luar negeri terus karena pintar menjilatnya ( naudzubillah), atau wah dia bisa beli mobil abis dapet proyek tuh, …komentar-komentar yang bisa menimbulkan fitnah, yang kalau di dengar oleh orang yang bersangkutan akan membikin kuping panas.

Bahkan ada yang sampai menggunakan “klenik” untuk mencoba menghilangkan nikmat yang sedang diterima orang lain, ada juga yang sampai pusying tujuh keliling memikirkan gemana caranya supaya yang menerima nikmat bukan temen nya tapi dia sendiri. Energinya dihabiskan untuk membicarakan orang lain, kehidupan nya habis hanya untuk memikirkan gemana “mengalahkan dia”,sungguh tersiksa kehidupan orang ini.

Jika didiagnosa dengan pendekatan iman, maka sebab dan sumber segala penyakit sosial umat adalah penyakit hati. Dan salah satu penyakit hati yang sangat ganas serta berbahaya bagi kesehatan hati adalah penyakit dengki. Bahayanya lagi, penyakit dengki ini tidak bekerja sendirian, tetapi -untuk memperparah penyakit hati yang diserangnya- ia melahirkan penyakit-penyakit turunan, sebagaimana disebutkan Nabi SAW di atas, yaitu saling menfitnah, saling membenci, saling memusuhi dan seterusnya.

Secara umum dengki atau iri hati bisa diartikan kebencian terhadap orang lain yang memiliki kenikmatan atau keutamaan yang melebihi dirinya. Bahkan terkadang pula, sampai benci terhadap nikmat apapun yang diterima orang lain, meskipun dirinya memiliki kenikmatan tersebut, bahkan lebih banyak. Misal, dengki kepada kawan yang baru naik jabatan, dengki kepada tetangga yang baru saja beli mobil, dengki kepada saudara yang semua anaknya sarjana dan berpenghasilan tinggi dst. Kehidupan modern yang serba materialistis saat ini, -di mana segala sesuatu, hingga keberhasilan, diukur dengan uang dan materi- lebih berpeluang untuk membuka ‘kran hati’ untuk saling mendengki.

Dengki itu bertingkat-tingkat. Pertama, ada pendengki yang berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh orang yang didengkinya, dengan ucapan seperti fitnah dan perbuatan, meskipun dia tidak mengharapkan nikmat tersebut pindah kepada dirinya.

Kedua, ada pendengki yang selain berusaha menghilangkan nikmat dari orang yang didengkinya, ia juga berusaha memindahkan nikmat tersebut kepada dirinya. Kedua macam dengki tersebut adalah dengki yang sangat tercela. Dan dosa dengki itulah yang merupakan dosa iblis. Iblis dengki kepada Adam karena Allah memberi keutamaan kepada Adam atas segenap malaikat dengan menyuruh para malaikat sujud (sebagai penghormatan) kepada Adam, mengajarkannya nama segala sesuatu dan menempatkannya di Surga. Demikianlah lalu iblis dengan kedengkiannya berusaha mengeluarkan Adam dari Surga.

Ketiga, ada orang yang bila mendengki orang lain, ia tidak melanjutkan dengki itu dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Dan demikian itulah tabiat yang sekaligus kelemahan manusia; hampir selalu menginginkan memiliki apa yang dimiliki orang lain. Menurut riwayat dari Al-Hasan, selama tidak dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan, iri hati jenis ini tidak berdosa. Namun tentu, sebaiknya ia hilangkan perasaan dengki dan iri tersebut dari dalam hatinya, hingga tidak menjadi penyakit.

Keempat, ada lagi iri hati yang tidak menginginkan nikmat itu hilang dari kawannya, tetapi ia berusaha keras bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu.

Jika nikmat tersebut bersifat duniawi, maka tidak ada kebaikannya sama sekali. Iri hati seperti inilah yang juga ditunjukkan oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, seperti yang dilakukan orang-orang kepada Qarun (Al-Qashash: 79).Jika nikmat itu bersifat ukhrawi, maka ia adalah kebaikan. Dan inilah yang dinamakan ghibthah (keinginan).

Buruknya Dengki

Dalam bahasa sarkasme, orang pendengki adalah orang yang senang melihat orang lain dilanda bencana, dan itu disebut syamatah. Syamatah dengan hasad selalu berkait berkelindan. Dari sini kita tahu, betapa jahat seorang pendengki, ia tidak rela melihat orang lain bahagia, sebaliknya ia bersuka cita melihat orang lain bergelimang lara (Ali Imran: 120). Dengki juga merupakan sikap orang-orang ahli Kitab (Al-Baqarah: 109), dan juga menimpa saudara-saudara Yusuf yang mengakibatkan sebagian mereka ingin menghabisi nyawa saudaranya sendiri, Yusuf Alaihis Salam (Yusuf: 8-9).

Sebab-sebab Dengki

Rasa dengki pada dasarnya tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Dan dengki biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antarkeluarga, antarteman sejawat, antartetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Sebab rasa dengki itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali. Jika dikaitkan dengan teori-teori sosial, maka faktor timbulnya rasa dengki juga hampir sama dengan faktor timbulnya konflik. Menurut teori konflik, konflik hanya terjadi pada orang-orang yang saling berdekatan, baik dalam hal pekerjaan, jabatan, kekeluargaan dan sebagainya.

Pertama, permusuhan, inilah yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya.

Kedua adalah ta’azzuz (merasa paling mulia). Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut bila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.

Ketiga, takabbur atau sombong. Ia memandang remeh orang lain dan karena itu dia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut bila orang lain memperoleh nikmat, berbalik dan tidak mau tunduk padanya. Termasuk dalam sebab ini adalah kedengkian orang-orang kafir Quraisy kepada Nabi SAW, yang seorang anak yatim tapi kemudian dipilih Allah untuk menerima wahyuNya (Az Zukhruf: 31) .

Keempat, merasa ta’ajub dan heran terhadap kehebatan dirinya. Hal ini sebagaimana yang biasa terjadi pada umat-umat terdahulu saat menerima dakwah para rasul Allah. Mereka heran manusia yang sama dengan dirinya, bahkan yang lebih rendah kedudukan sosialnya, lalu menyandang pangkat kerasulan, karena itu mereka mendengkinya dan berusaha menghilangkan pangkat kenabian tersebut (Al Mu’minun: 34).

Kelima, takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu, setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi.

Keenam, ambisius dalam hal kepemimpinan (hubbur riyasah). Hubbur riyasah dengan hubbul jah (senang pangkat-kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh terhadap kelemahan dirinya, seolah-olah dirinya tak ada tolok bandingnya.

Ketujuh, kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Allah. Ia gembira jika disampaikan kabar padanya bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Sebaliknya, ia merasa sedih jika diberitakan, si fulan telah berhasil mencapai kesuksesan dan kepangkatan yang dicarinya.

Selain hal-hal di atas, mungkin masih ada sebab-sebab kedengkian lain, tapi paling tidak, inilah sebab yang banyak terjadi

May 14, 2008 Posted by | Religi | 1 Comment

Jalan Taubat Sang Rocker

“Cinta yang tulus di dalam hatiku,
Telah bersemi karena-Mu
Hati yang suram
kini tiada lagi
Tlah bersinar karena-Mu
Semua yang ada pada-Mu
Membuat diriku
tiada berdaya
Hanyalah bagi-Mu
Hanyalah untuk-Mu
Seluruh hidup
dan cintaku…”

dakwatuna.com – Masih terngiang lirik lagu Cinta Yang Tulus yang dinyanyikan Bangun Sugito alias Gito Rollies, yang popular di tahun 80an. Lagu yang pernah dipopularkan The Rollies itu memang liriknya terkesan religius. Namun kesan itu menjadi paradoks ketika tahu sisi gelap dari kehidupan si pelantun tembang tersebut. Penampilan Gito kala itu urakan dengan rambut awut-awutan dan celana jin belel menghiasi kejayaan The Rollies Band di era 1980-an. Bahkan lagu-lagu cadas meluncur dari suara seraknya. Segudang kedugalannya kerap dikupas dan menjadi langganan infotainment.

Sudah menjadi rahasia umum bila dunia selebritis di mana pun berada selalu dekat dan akrab dengan dunia gemerlap (dugem) yang kerap diselingi berbagai macam kesenangan sesaat seperti narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. Tak terkecuali pria kelahiran Biak, 1 November 1947 ini.

“Tiap Jumat siang kami berangkat ke daerah Puncak Bogor untuk pesta miras dan narkoba,” Ungkap Gito dengan nada sesal.

Sebelum merasakan ke-Mahaan Allah dalam dirinya, Bangun Sugito hidup dalam serba kecukupan. Bergelimang kemewahan, bergiat

dalam kehidupan malam, bertemankan jarum neraka. Begitulah hari demi hari yang dilalui seolah pakaian yang tak pernah lepas dari badannya.

Bahagiakah hidup seperti itu? Mendatangkan ketenangankah semua itu? Sebuah pertanyaan yang belum terjawab, sebuah rasa yang belum pernah ada dan sebuah keinginan yang belum tercapai. Pada akhirnya semuanya hanya menghantarkannya ke alam risau, resah dan gelisah.

Klimaks terjadi kala ia merayakan ulangtahunnya yang ke-50 pada 1997. Di situ, Gito mengundang seluruh karibnya untuk berpesta alkohol dan obat sepuasnya.

Dalam kerisauan panjang, beriring desah dan keluh kesah, daerah Puncak Bogor –Puncak dikenal sebagai tempat rekreasi di daerah Jawa Barat– selalu menjadi tempat menumpahkan penat, mengubur kegundahan yang membuncah. Wal hasil bukan ketenangan yang didapat bahkan gelisah itu makin menjadi. Namun dari daerah inilah benih hidayah itu mulai mekar membesar. Puncak menjadi tempat bersejarah, tempat solusi menjawab segala kerisauan.

Saat itu hari Jumat siang. Pria dengan rambut awut-awutan ini masih memegang botol miras, duduk di tempat yang tinggi sambil sesekali memandang ke arah bawah. Pandangannya tertuju kepada beberapa warga desa yang ramai menuju mesjid, hatinyapun bergetar, kerisauanpun kembali mengusik hati.

“Mereka dengan kesahajaan bisa menemukan kebahagiaan. Apakah di Masjid ada kebahagiaan?!” Pertanyaan itu selalu mengusik Gito.

Sungguh pemandangan indah di hari Jumat itu, memberi arti tersendiri bagi kehidupan Gito Rollies. Sulit dibedakan keterusikan karena sekedar ingin tahu atau ini adalah awal Allah membukakan hatinya bagi pintu tobat.

Dicobanya untuk mendekati Masjid itu, subhanallah, seperti ada magnit yang memendekkan langkahnya untuk tiba. Mungkin di sana ada kebahagiaan. Terlihatlah sebuah pemandangan yang meluluhlantakan kegelisahannya selama ini.

“Rasanya seluruh otakku tiba-tiba dipenuhi oleh kekaguman. Dan entah kenapa, aku seperti mendapatkan ketenangan melihat orang-orang ruku, sujud dalam kekhusuan,”

“Bukankah apa yang kulakukan selama ini untuk mendapatkan ketenangan, tapi kenapa tidak? Ya, aku telah bergelut dengan kesalahan dan tetek bengeknya yang semuanya adalah dosa. Benarkah Allah tidak akan mengampuni dosaku? Lantas buat apa aku hidup jika jelas-jelas bergelimang dalam ketidakbahagiaan.” Pikiran itu terus bergelayut seakan haus jawaban.

“Malam itu aku benar-benar tidak dapat memejamkan mata. Aku gelisah sekali. Ya, ternyata aku yang selama ini urakan, permisive ternyata masih takut dengan dosa dan neraka. Berhari-hari aku mengalami kegelisahan yang luar biasa. Hingga suatu malam, di saat kegelisahanku mencapai “puncaknya”, aku memutuskan untuk memulai hidup baru.

“Selama hidupku, baru kali ini aku diliputi suatu perasaan yang belum pernah aku rasakan semenjak mulai memasuki dunia selebritis. Maka, aku pun segera berwudlu dan melakukan shalat. Ketika itu, untuk pertama kalinya pula aku merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Dan sejak hari itu, aku memutuskan untuk tekun memperdalam agama sekalipun masih banyak sekali tawaran-tawaran menggiurkan yang disodorkan kepadaku atau pun beragam ejekan dari sebagian orang. Aku pun melaksanakan haji seraya berdiri dan menangis di hadapan ka’bah memohon kepada Allah kiranya mengampuni dosa-dosa yang telah aku lakukan pada hari-hari hitamku.”

Ketika mentari terbit, Gito langsung mengajak istrinya untuk pergi ke Bandung, menjenguk sang ibunda. Di sana, ia mengutarakan niatnya untuk tobat yang disambut tangis haru sang ibu. Sejak saat itu, Gito resmi meninggalkan dunia kelam.
Satu yang disyukuri Gito adalah, dukungan dan kesabaran sang istri, Michelle, yang tak pantang habis.

“Saat aku sudah belajar agama, aku tidak berupaya menyuruhnya shalat. Ia tiba-tiba belajar shalat sendiri, begitu juga anak-anak. Suatu hari, ketika aku pulang, tiba-tiba aku mendapatinya tengah mematut diri di depan kaca sambil mengenakan jilbab. Padahal aku tidak pernah menyuruhnya. Subhanallah, istriku memang yang terbaik yang pernah diberikan Allah,” kata ayah dari empat putra ini.

Tobatnya Gito juga disyukuri oleh sang mertua, warga negara Belanda yang berimigrasi ke Kanada. Meski berbeda keyakinan, ibu mertuanya justru senang dengan perubahan yang dialami Gito.

“Kata beliau, aku jadi lebih kalem ketimbang dulu, meski sekarang pakai jenggot segala. Bahkan aku jadi menantu favoritnya lho,” tuturnya sambil terkekeh.

“Mengapa Allah memberikan hidayah kepada diriku yang kerdil ini? Mengapa Allah menciptakan makhluk yang penuh dosa ini?”

Gito mengaku harus merenung lama untuk menemukan jawaban itu. Setelah dia menjalankan shalat dan menunaikan haji, jawaban itu baru mampir di benak dan pikirannya. “Ternyata, Allah menciptakanku untuk menjadi manusia baik. Semula mengikuti idolaku, Mick Jagger. Aku menjadi penyanyi dan rekaman lalu mendapat honor. Tapi itu bukan kebahagiaan sepenuhnya buatku.”

“Mick Jagger itu dulu menjadi idolaku. Ikut mabok, main cewek, dan seabrek dunia kelam lain. Tapi sekarang aku mengidolakan Nabi. Dan sekarang, aku menemukan nikmat yang tiada tara.”

Kalimat itu meluncur dengan lugas dari Gito Rollies, artis ndugal yang kini memilih ke pintu pertobatan. Penampilan Gito tak lagi urakan dengan rambut awut-awutan dan celana jin belel. Bukan pula pelantun lagu-lagu cadas yang berjingkrak-jingkrak tidak keruan.

“Aku sudah mendapatkan banyak hal di dunia ini. Sekarang saatnya mengumpulkan amal untuk persiapan menghadapi hari akhir ,” katanya ketika memberi testimoni tentang perubahan dalam hidupnya.

Artis kelahiran Biak, Papua, 1 November 1947 dengan nama bangun Sugito ini awalnya dikenal sebagai rocker. Dalam perjalanan karirnya, ia juga dikenal sebagai aktor dan terakhir dalam kondisi sakit ia menjadi penceramah agama.

Nama Gito terlihat diambil dari nama aslinya, sementara nama Rollies diambil dari nama grup band asal Bandung, The Rollies yang pernah terkenal pada dekade 1960-an hingga 1980-an. Grup ini terdiri dari vokalis Gito, Uce F Tekol, Jimmy Manoppo, Benny Likumahuwa, Teungku Zulian Iskandar.

Setelah bersolo karir, dia menelorkan sejumlah album solo, yakni Tuan Musik (1986), Permata Hitam/Sesuap Nasi (1987), Aku tetap Aku (1987), Air Api (1987) dan Tragedi Buah Apel (1987) dan Goyah (1987).

Sebagai aktor Gito memulai debutnya di dunia film lewat Buah Bibir (1973) sebagai figuran. Setelah benar-benar menjadi aktor ia bermain dalam Perempuan Tanpa Dosa (1978), Di Ujung Malam (1979) dan Sepasang Merpati (1979), dan Permainan Bulan Desember (1980), dan Kereta Api Terkahir (…). Namun kekuatan aktingnya terlihat pada Janji Joni yang mengantarkannya meraih piala Citra untuk kategori Aktor Pembatu Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 2005.

Kang Gito, begitu sapaan akrabnya, memang bukan lagi Gito Rollies yang lama. Sejak 10 tahun belakangan, hidupnya berubah 180 derajat. Kini, ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, mantan personel band The Rollies ini tak segan-segan menyerukan semua orang untuk meninggalkan kehidupan yang dipenuhi alkohol dan obat-obatan terlarang.

“Dalam hidup ini -apa pun agamanya- adalah paling baik mengikuti ajaran agama. Karena inilah yang akan membentengi kita -terutama anak-anak- dalam menjalani cobaan hidup,” lanjut ayah tiga anak dari perkawinan dengan Michelle: Puja, Bayu dan Bintang.

Toh, meski sudah berada di jalan Allah, Gito tak pernah merasa dirinya yang paling benar. Ia selalu menolak jika disebut kyai, atau diminta untuk berceramah. Menurutnya, ia hanyalah orang yang masih terus belajar agama. Apapun yang diucapkannya di depan umum adalah upayanya berbagi cerita.

Bahkan, Gito masih merasa belum cukup bertobat hingga akhir hayatnya. Tak pernah sekalipun ia merasa dosa-dosanya telah terhapuskan. Dalam suatu pengajian ia sempat bertanya kepada ustadz yang berceramah, apakah dosa-dosanya di masa lalu bisa berkurang dengan perbuatannya saat ini.

“Tak hanya berkurang, namun dosa Kang Gito bahkan sudah dianggap lunas. Kang Gito jangan berpikir perbuatan baik saat ini untuk bayar dosa yang lalu. Sekarang Kang Gito tengah menabung untuk masa depan,” jawab sang ustadz, yang disambut Gito dengan wajah sumringah.

Sejak 1990-an nama Gito hilang dari peredaran setelah dia menarik diri dari dunia panggung musik rock maupun film. Khalayak pun tidak lagi menyaksikan aksi-aksi penyanyi bersuara serak dengan gaya panggungnya yang atraktif. Beberapa tahun kemudian Gito muncul menjadi seorang dai, yang kerap tampil dengan pakaian putih-putih.

Sejak 2005 Gito harus terbaring lemah. Ia tak berdaya melawan kanker kelenjar getah bening yang dideritanya. Namun kemudian ia justru terlihat banyak melakukan kegiatan dakwah. Bahkan sebelum meninggal Gito masih sempat berdakwah di Padang, Sumatera Barat selama 11 hari.

Tahun-tahun belakangan memang terasa berat buat Michelle Sugito wanita asal Kanada yang telah mendampingi hidupnya selama ini. Ia harus mendampingi suaminya menjalani terapi pengobatan kanker kelanjar getah bening yang dirasakan penyanyi rock ini, dua tahun terakhir.

Sosok Bangun Sugito yang atletis dan enerjik di panggung sudah menjadi bagian masa lalu. Untuk berjalan pun kini ia harus dibantu atau minimal menggunakan tongkat. Kadang ia memang menolak untuk dibantu. “Maunya sih tidak dibantu. Tetapi karena aku selalu bicara bahwa manusia harus saling membantu, ya aku juga harus mau dibantu orang lain,” kata Gito.

Karena itulah ia juga tidak menolak ketika diminta ikut dalam acara penggalangan dana buat korban gempa bumi Yogyakarta yang digagas orang tua murid tempat isterinya bertugas. Gito menganggap saat ini sudah saatnya ia bernyanyi untuk berdakwah, sesuatu yang ia harapkan ada manfaatnya buat para pendengarnya.

Sebab itu pulalah ia lebih memilih menyanyikan lagu-lagu bernuansa religius ketimbang lagu-lagu nunasa masa lalu seperti,“Astuti…Tuti..Tuti…”

Bersamaan dengan sumbangan yang mengalir dari undangan, air mata Michelle Sugito makin deras mengalir.

Ya, Gito Rollies memang pribadi yang penuh kenangan. Kehidupannya tersimpul dalam satu kalimat ‘Mantan lalim, yang jadi orang alim’. Masa mudanya memang sangat dekat dengan miras, narkoba dan hura-hura. Selama kurang lebih 23 tahun tidak menyurutkan niat rocker gaek bernama lengkap Bangun Sugito ini untuk tobat dan mendalami agama.

Dialah satu-satunya Rocker yang meninggal dengan tenang, indah dan tersenyum. Happy Ending. Seandainya Sid Vicious meninggal dengan tenang di St Paul’s Cathedral, Kurt Cobain dan Jimmy Hendrix meninggal mesra di St James Cathedral maka sepertinya tidak akan ada stigma: Rocker mati konyol dengan mulut berbusa atau berlumuran darah karena bertingkah bodoh akibat pengaruh narkoba. Dan mitos “Rocker Legend mati muda” pun sudah mulai usang karena Legend kita yang satu ini tutup usia di umur 61 tahun.

Gito menigggalkan seorang isteri bernama Michelle dan lima anak, yakni Galih Permadi, Bintang Ramadhan, Bayu Wirokarma, dan Puja Antar Bangsa.

Sebaik-baik usia tiap orang adalah pada penghujungnya. Dan ketahuilah, bagi kita, ujung-ujung usia akan selamanya menjadi misteri, karena seringkali di sanalah Allah memberikan kesudahan yang indah dari perjalanan taubat hamba-Nya.

Ila Robbika Muntahaha. Innama Anta Mundziru Man Yaghsyaha

May 14, 2008 Posted by | Religi | Leave a comment

Belajar Hidup Dari Pak Waras

“Saya kaget, mengapa saya dapatkan uang sebanyak itu, saya takut dipenjara karena mendapatkan kelebihan uang yang bukan hak saya,” kata Pak Waras polos.

“Saya sudah biasa hidup susah seperti ini. Karena itu, saya tidak mau hidup kami bertambah susah kalau makan harta yang bukan hak kami,” tambahnya menegaskan.

Kalimat lugas di atas bukanlah penggalan kalimat hiperbolis yang biasa diumbar dalam adegan sinetron picisan yang acap kali ditayangkan stasiun TV. Atau pilihan-pilihan kata yang sengaja disiapkan untuk menarik perhatian publik agar terlihat bermoral.

Kata-kata itu pastinya keluar dari orang yang istimewa? Tidak! Dia bukan seorang ulama, bukan seorang politisi, bukan seorang seniman, apalagi pengusaha. Rangkaian kata-kata sederhana itu meluncur begitu saja seakan membangunkan tidur panjang kita dari alam ketidakjujuran. Tutur katanya keluar tanpa beban, sikapnya begitu membumi, bersahabat dan jauh dari keangkuhan, gayanya begitu unik ‘ndeso’, dengan tawanya yang begitu lepas.

Pria berbadan jangkung, bapak tiga anak ini sehari-hari, dikenal warganya sebagai petani lugu. Namun, prinsip hidupnya sebagai warga desa yang jujur ternyata masih utuh. Keluguan dan kejujuran tersebut teruji saat dia menerima transfer uang muka ganti rugi dari PT Minarak Lapindo Jaya, pertengahan Juli lalu.

Waras, (56), Warga Desa Siring, Porong, Kabupaten Sidoarjo masih tetap berotak dan berhati waras, meski ber bulan-bulan menderita akibat rumahnya tenggelam luberan Lumpur panas lapindo dan sulit mendapatkan makanan, tetapi tetap memiliki hati nurani yang bersih. Kubangan Lumpur tidak serta merta mengotori hatinya, ini dibuktikan ketika Waras mengembalikan “uang kelebihan” dari ganti rugi yang diberikan manajemen PT Minarak Lapindo Jaya.

Pergulatan batin bapak 3 anak itu bermula ketika Waras mengecek rekening untuk menampung uang muka transaksi lahannya yang sudah tergenang lumpur. Waras yang memang sudah menunggu 20 persen ganti rugi uang pembayaran lahannya yang 2.440 meter persegi sebesar Rp 56 juta itu tak pernah menyangka saldonya akan kelebihan hingga Rp 429 juta.

Idealnya, dengan uang sebanyak itu Waras bisa berbuat banyak untuk keluarganya. Apalagi kebutuhan keluarga mereka sudah semakin melambung setelah menjadi korban langsung bencana lumpur. Dua dari 3 anaknya, Iswanto dan Sri Wahyuni, sudah berstatus pengangguran karena pabrik tempatnya bekerja ditutup karena lumpur.

Jumlah saldo itu bahkan jauh lebih besar dari total nilai ganti rugi yang akan mereka terima sebesar Rp 398 juta. Tapi itulah Waras. Kepala keluarga ini merasa serba tak enak gara-gara kelebihan uang ini. Bukan cuma tidak bisa tidur, Waras juga mengaku tak enak makan. “Bukan cuma saya yang merasakan, tapi istri dan anak-anak saya juga merasakan hal yang tak pernah kami rasakan sebelumnya,” kata dia.

Sebelum situasi menjadi makin berlarut-larut, keluarga amat sederhana ini kemudian mengeluarkan keputusan. Menurut Waras, keluarga yang dipimpinnya kembali mengingatkan tentang tujuan hidup mereka yang ingin tetap hidup adem-ayem tanpa masalah.

Kepolosan warga desa ini juga tergambar dari kekhawatiran bakal berurusan hukum bila tetap nekat menggunakan uang tersebut. Suami Astiyah itu tak bisa membayangkan kelanjutan nasib anak dan istrinya bila dirinya masuk penjara karena kesalahan yang tidak dilakukannya itu.

Keluarga amat sederhana ini kemudian sepakat mengambil keputusan untuk mengembalikan uang kelebihan tersebut, karena falsafah hidupnya menginginkan hidup adem ayem tanpa masalah, sehingga kepolosan warga desa ini tergambar dari kekhawatiran berurusan dengan hukum, dan atas kejujurannya itu Waras menerima hadiah dari PT Minarak Lapindo Jaya sebesar Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) yang merupakan relatif uang halal.

Bekerja keras, kelelahan, letih, semua itu adalah rona kehidupan sehari-hari yang dijalani keluarga Pak Waras. Dan hal itu telah menjadi batu-pengasah bagi hati dan jiwanya. Kesusahan hidup, penderitaan hidup, jalannya perjuangan buat kehidupan, buat cita-cita, buat kebaikan masarakat, apalagi buat bangsa dan negara, semua itu menempa dirinya, menyepuh dirinya.

Pak Waras begitu waras tentang keyakinan bahwa seseorang akan menjadi baja yang baik, emas-intan dan permata yang baik, atau hanya loyang dan tembaga biasa saja, malah hanya hamparan batu kerikil saja, atau bahkan sampah karena ditentukan oleh lingkungan, dan diri sendiri. Olah dan ulah kita sendiri akan menentukan watak diri kita, dan semua itu dijalani dalam spirit perjuangan kehidupan itu sendiri.
Di era sekarang ini masih adakah Waras-Waras lain? Yang telah begitu lugas memberikan contoh pada kita semua tentang makna “Kejujuran”. Di mana fenomena palsu dan ketidakjujuran sudah menjadi salah satu penyakit dari orang yang hendak menginginkan suatu tujuan, baik jabatan maupun kekuasaan.

Kebohongan dan ketidakjujuran menjadi iklim sehingga orang yang tidak bermaksud bohong pun terpaksa harus berbohong. Lebih gawat lagi, kebohongan menjadi sarana berkomunikasi, hanya dalam kebohongan komunikasi bisa dijalankan. Dalam kondisi seperti itu jika masyarakat tidak berkomunikasi dalam kebohongan, dan memakai bahasa kebohongan, mereka akan ketinggalan dan tidak mendapatkan apa-apa.

Pembelajaran –yang merupakan sikap jujur biasa dari Waras– itu sangatlah mengena di tengah realitas kondisi sosial kemasyarakatan kita dewasa ini. Seharusnya memang demikianlah sikap yang kita pilih ketika menghadapi hal yang sama. Tetapi dapat dijaminkah “disiplin sosial” semacam itu memancar dari setiap orang?

Apakah nilai-nilai keteladanan sudah sedemikian langka, sehingga sikap wajar Waras malah seperti mendekonstruksi kenyataan yang mungkin mengemuka secara lain seandainya bukan dia yang menerima “rezeki tidak terduga” itu? Kita diingatkan, kita disentil, dan kita seperti dicerahkan!

Dalam pelajaran-pelajaran budi pekerti di masa lalu, para guru dan orang tua kita sering mengingatkan mengenai pentingnya “disiplin sosial”. Seperti dalam contoh bagaimana kita ditekankan untuk menyisihkan waktu guna menyingkirkan duri atau kayu yang menghalang di tengah jalan. Jika tidak disingkirkan, mungkin bukan kita yang akan tersandung, terkena duri atau mengalami akibat yang lebih parah, tetapi orang lain.

Muatan ajarannya, bagaimana kita memiliki kepedulian kepada orang lain. Juga contoh lain, bagaimana sikap yang harus dipilih seandainya kita menemukan uang yang terjatuh di tengah jalan.

Dalam kasus-kasus tertentu, bisa jadi akan aman-aman saja Pak Waras menggunakan “kelebihan” uang yang diterimanya tanpa dia minta. Bukankah bukan salah dia? Tetapi bukan itu sikap yang dia pilih, melainkan merasa ada hak yang bukan miliknya. Atau jika dilihat dari kacamata muraqabatullah, dia merasa “Allah selalu tahu”, dan ada “hak orang lain yang tidak boleh dia ambil”. Sikap semacam itulah yang seharusnya membuat kita malu. Mereka yang memegang kekuasaan mesti melihatnya sebagai kaca benggala. Bukankah banyak orang yang memiliki peluang dan memanfaatkannya “semaksimal mungkin”?

Krisis multidimensional, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, teror, pelanggaran HAM, dan sebagainya, adalah daftar persoalan bangsa ini, namun hingga kini para pemimpin, politisi, dan elite Indonesia tidak pernah bisa menyelesaikan semua persoalan itu secara signifikan. Bertahannya Indonesia sampai saat sekarang ini bukan karena prestasi mereka, tetapi boleh jadi –dengan izin Allah– karena masih banyak rakyat jelata yang berjuang hidup gigih dalam kejujurannya. Semua persoalan itu berulang-ulang diwacanakan dan dipidatokan di kalangan pemimpin, politisi, dan elite Indonesia. Namun, hingga kini, mereka tetap menjadi persoalan yang bersarang dan merasuk kuat dalam kehidupan bangsa ini. Penyelesaian semua persoalan itu tidak akan pernah terjadi, jika para pemimpin, politisi, dan elite Indonesia tidak lebih dulu mengatasi dan menyelesaikan ketidakjujuran yang merupakan problem mendasar bangsa ini.

Kita sering diingatkan tentang tingkah laku sosial ini yang idealnya menggambarkan pancaran perilaku keagamaan kita. Ada nilai kesalehan yang selalu relevan. Tetapi realitasnya, banyak yang menunjukkan terjadinya kesenjangan pada banyak segi. Para koruptor seenaknya menggangsir harta rakyat. Jangankan berpikir tentang akibat bagi negara dan rakyat, usikan tentang kejujuran pun pasti tidak masuk dalam agenda. Hati nurani ditutup rapat. Pemanfaatan peluang merupakan hal yang biasa, sehingga kejujuran menjadi sikap langka. Dengan sikap dan kejujurannya yang natural, Pak Waras mengajak semua untuk berpikir “waras”.

May 14, 2008 Posted by | Social Life | Leave a comment

Wet U r Feet on SAP

Apakah SAP R/3 itu?
SAP atau SAP R/3 adalah aplikasi ERP terbesar di dunia dan begitu juga di Indonesia. SAP faktanya memegang lebih dari 80% ERP application di Indonesia.

SAP dipakai dimana saja?
SAP dipakai hampir disemua lini industri, walaupun awalnya dirancang untuk manufacturing industri. Sehingga tahun 90-an awal Astra Intl, Toyota, Indofood termasuk perusahaan perusahaan pionir untuk implementasi SAP di Indonesia. Meskipun demikian Banking dengan Core Banking-nya, atau Telco dengan Billing Systemnya, tetap bisa menggunakan SAP ini karena system modularnya yang bisa dipakai.

Apa saja isi SAP itu?
Sebagai sebuah aplikasi ERP, SAP termasuk sangat lengkap. Dulu programmer – programmer kita umumnya hanya membuat satu modul saja, misalkan Sistem Informasi penggajian, SI. Keuangan, SI. Perencanaan. Tapi SAP menggabungkan semuanya dari ujung-ujung. Yang artinya, detik ini warehouse department di Sidoarjo mengeluarkan barang (good issue), manajer accounting di headoffice di Cakung Jakarta sudah bisa melihat movement barangnya.

Modul apa saja yang dimiliki SAP?
SAP pada dasarnya menyediakan semua solusi untuk semua fungsi dalam perusahaan, dalam industri manapun. Tapi pada umumnya modul SAP yang sering dipakai adalah:

  • FICO (Financial Controlling)
  • SD (Sales & Distribution)
  • MMPP (Material Management, Production Planning)
  • HR (Human Resources)

Dimana saya bisa mulai?
Kita bisa belajar di SAP partner seperti Asaba, Perdana dkk dengan charge $5000/modul, untuk pelatihan kurang dari seminggu. Mahal sekali? ya memang mahal sekali beberapa trainingnya malah harus di luar Indonesia.

Dibandingkan software lain pun, training SAP memang termasuk paling mahal. Training Oracle di Oracle University berkisar $1000, SQL Server di Iverson berkisar $1000.

Cara paling gampang bagaimana?
Masuk di perusahaan yang menggunakan SAP, jadi implementor SAP, auditor SAP atau apapun yang berhubungan dengan SAP. Baru kita bisa belajar dengan mudah. Coba tanyakan veteran SAP yang ada sekarang? kenapa mereka bisa belajar SAP? menjadi pakar SAP? pastinya karena mereka ada pada saat implementasi SAP.

Astra adalah contoh paling mudah, veteran implementor SAP di Astra sekarang tersebar dimana-mana. Mereka dianggap implementor yang paling berpengalaman dengan SAP. Mudah, karena mereka mengalami periode implementasi yang kompleks itu.

Dibidang apa saja saya bisa berkarir dengan SAP?
SAP secara umum terdiri dari 3 fungsi:
1. Functional, ini berhubungan dengan fungsi si ERP, biasanya orang dengan latar belakang keuangan (untuk modul FICO), orang berlatar belakarng HRD (untuk modul HR), ataupun orang teknik (untuk modul PP, PM) atau bahkan orang diluar bidang ilmu terkait bisa menjadi functional.

Functional berhubungan dengan design business process dari si ERP. Persoalan design ini penting, karena proses pembelian barang pada pabrik Mobil dengan
pabrik Motor tentunya memiliki flow yang berbeda.

2. ABAPer, dengan nama lain programmer, ini pastinya diisi oleh orang-orang berlatar belakang programming. ABAPER bertugas membuat report / customi akan sistem SAP. ABAP merupakan bahasa pemrograman sendiri yang dibuat oleh SAP.

3. Basis, Basis mudahnya adalah system administrator. Basis ini lah yang membuat user, membuat roles & profiles, mengatur security parameter, mengatur scheduling, set up system dan pekerjaan admin lainnya.

Adakah pelajaran SAP dikampus?
Ada, beberapa kampus sudah memasukkan mata pelajaran SAP ini di kuliahnya, mulai dari FEUI, FEUII, Unpad (CMIIW)

Apa hubungan SAP dan Jerman?
Pendiri SAP adalah orang-orang dari IBM Jerman, akibatnya aplikasi ini banyak menggunakan istilah Jerman seperti penamaan field, function dan istilah lainnya. SAP sendiri membawa karakter Jerman yang kaku dan robust (kuat) dalam hal design functional. Banyak orang yang mengeluhkan SAP tidak user friendly.

Siapa saja kompetitor SAP?
Oracle Finance adalah salah satu kompetitor terdekat dari SAP.

May 14, 2008 Posted by | Dunia IT | Leave a comment